Shadow

Gelaran Coffee de Central Celebes: Ayo Berkenalan Dengan Kopi-Kopi Andalan Sulawesi

Klik Palu – Pasca 28 September, kopi hasil panen raya dari Pipikoro belum semuanya bisa dipasarkan, kata Direktur KARSA InstituteRahmat Saleh (14/11). Buah merah (red cherry) kopi mulai dipetik petani sejak bulan Juli.

Selama pasca bencana, gempa-gempa susulan yang disertai pula hujan, berkali-kali menyebabkan terjadinya longsor di poros Palu – Kulawi. Di beberapa desa bahkan diterjang banjir bandang. Poros ini penting bagi segala komoditi pertanian dan perkebunan di Sigi. Di saat yang sama, petani, pasca peristiwa ikut jadi penyintas.

Butuh pergerakan tidak biasa tidak saja dari pemerintah daerah tapi juga sektor swasta di hilir yang membeli hasil panen untuk memulihkan tata niaga kopi, juga kakao, dan komoditi lainnya yang ditanam petani-petani di Kulawi raya, termasuk Lindu, Gimpu, dan Pipikoro.

Di Kabupaten Sigi, produksi kopi terbesar ada di Pipikoro, kecamatan yang selama ini didampingi oleh Karsa Institute. 19 desa di kecamatan itu semuanya memiliki lahan kopi yang sebagian besar dari jenis Robusta. Yang unik dari sana adalah Toratima, kopi ‘yang dipungut’ dari tanah, hasil petik mahluk nokturnal Tangali (kuskus endemik) dan Paniki (Kelelawar) yang memetik dan memakan daging merah buah kopi yang sudah matang di dahan.

Terdapat banyak kopi dari beragam kampung di Poso dan Sigi yang diseduh dengan beragam teknik. Yang paling unik tentu saja yang disaring menggunakan kain, teknik seduh yang paling digemari oleh lidah sebagian besar pecinta kopi di Palu.

Belum juga acara dibuka, pengunjung sudah menyerbu stan Warung Kopi Aweng Mesjid Raya, satu-satunya perwakilan warung kopi yang ada di sana.

Di meja-meja yang lain, teknik seduh manual juga diminati. Orang-orang menjadi lebih ingin mengetahui bagaimana kopi hadir di meja-meja itu tidak sekadar sebagai minuman, tapi juga pengalaman baru.

Menemukan rasa kopi yang ala buah atau beragam rasa yang diseruput tanpa gula.

Selain biji-biji kopi dari Sulawesi Tengah, event Coffee de Central Celebes (CdCC) juga menghadirkan biji kopi dari daerah lain di Indonesia, bahkan mancanegara.

Kopi ternyata tidak hanya punya satu kata, pahit. Ada rasa kopi yang lain yang membuat tubuh ini tidak hanya melek tapi juga bangkit.

(Parveen/RZR)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *