Klik Jakarta – Setelah melakukan kampanye imunisasi campak dan rubella sejak 2017-2018, hasilnya cakupan imunisasi tersebut secara keseluruhan di Indonesia mencapai 87, 33%.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Kemenkes dr. Anung Sugihantono, M.Kes mengatakan hal tersebut saat pertemuan dengan sejumlah pers di Ruang Pers Naranta, Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Senin (7/1).
”Kalau (cakupan imunisasi) keseluruhan Jawa dan luar Jawa maka sesungguhnya capaian imunisasi di atas 80 persen atau 87, 33 persen,” kata dr. Anung.
Data cakupan imunisasi campak dan rubella itu sifatnya dinamis. Artinya, Kemenkes masih menerima laporan cakupan imunisasi dari daerah.
dr. Anung menambahkan, cakupan imunisasi campak dan rubella di semua kabupaten/kota di Jawa rata-rata di atas 100 %. Cakupan imunisasi yang tinggi menjadikan kasus campak dan rubella di Jawa menjadi rendah.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Direktorat P2P pada 15 Januari 2018 kasus campak dan rubella (Januari hingga Juli 2017) terbilang tinggi,. Setelah dilakukan imunisasi, jumlah kasus campak dan rubella menurun drastis.
Sebagai contoh pada Januari dan Juli 2017, kasus campak di Januari mencapai 449 orang, dan rubella mencapai 147 orang. Selain itu, kasus campak pada Juli 2017 mencapai 98 orang dan rubella mencapai 143 orang.
Kemudian penurunan kasus terjadi pada Agustus hingga Desember. Misalnya pada Agustus, kasus campak mencapai 52 orang dan rubella 34 orang, sementara pada Desember kasus campak hanya 6 orang dan rubella hanya 3 orang.
”WHO apresiasi capaian tersebut. Secara totalitas untuk Indonesia meski belum 95%, tapi dalam periode 2 tahun mencapai 87,33 persen patut diapresiasi,” kata dr. Anung.
Sayangnya, cakupan imunisasi di luar Jawa keseluruhan baru mencapai 72,79 %. Bahkan secara rinci masih ada provinsi dengan cakupan kurang dari 50 %, yakni Aceh, Sumatera Barat, dan Riau.
”Tetap kami masih ada 71 kabupaten/kota yang cakupannya di bawah 50 persen, yang paling rendah adalah Provinsi Aceh,” katanya.
Untuk meningkatkan cakupan imunisasi campak dan rubella di luar Jawa, Kemenkes meminta kepala daerah yang wilayah cakupan imunisasinya rendah untuk lebih meningkatkan lagi upaya cakupan imunisasi. Selain itu, dilakukan juga penguatan surveilan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).