Klik Palu – Lawara, Desa di Sigi yang Terisolir Secara Geografis
Desa Lawara yang terletak di wilayah Kabupaten Sigi ini terisolir secara geografis, meski sebenarnya lokasinya tidak terlalu jauh dari kota Palu.
Pada Senin (19/11/18) team penaksiran dari Emergency Response Capasity Building (ERCB) dari Karsa Institute dan YMP mendatangi desa Lawara untuk memantau keberadaan masyarakat yang terdampak bencana.
Berdasarkan data, desa Lawara terbagi atas lima dusun yang memiliki 275 KK, dengan jumlah penduduk sekitar 866 jiwa.
Bencana longsor di dusun dua yang terjadi pada hari selasa (13/11/18) telah menutup jalur sungai dan mengancam pembangkit listrik microhidro yg menjadi satu-satunya pemasok listrik untuk dua dusun di desa ini.
Sedangkan di Dusun lima terdapat 24 KK yang terdiri dari 63 jiwa, yang tinggal di area kemiringan.
Pasca gempa beberapa waktu lalu, tanah di wilayah pemukiman dusun ini retak dan turun. Untuk menghindari jatuh korban, warga kemudian memutuskan untuk pindah ke area yang lebih rata dan stabil, yakni sekitar lima ratus meter dari pemukiman sebelumnya.
Beruntung rumah warga yang berada di desa Luwara ini berbentuk rumah panggung yang memakai material dasar berupa kayu dan bambu sehingga ketika gempa terjadi, bangunan rumah di desa ini tidak terlalu terdampak parah.
Saat ini warga sudah membongkar rumah dan Gereja di dusun Lima dan memindahkannya ke area pemukiman baru. Mereka juga sudah mendapatkan terpal bantuan.
Mengenai arus listrik, selain bantuan teknologi listrik microhidro dari New Zealand, belum ada pasokan listrik lain di desa ini. Praktis tiga dari lima dusun belum teraliri listrik.
Budi, Relawan asal Karsa Institute menjelaskan hasil penaksirannya di Desa Lawara kemarin mengenai kebutuhan utama yang diperlukan warga serta bagaimana kondisi jalan menuju desa tersebut.
Untuk akses jalan menuju desa Lawara, masih berupa jalanan sempit yang berada di pinggiran bukit dengan kontur berbatu.
“tantangan terbesar untuk menuju desa Lawara adalah akses jalan yang tidak bisa dilalui oleh kendaraan roda empat. Untuk menggunakan motorpun harus motor khusus sejenis trail dan dengan spesifikasi pengendara yang tangguh dan paham medan”, ujar Budi.
Kebutuhan yang diperlukan oleh warga desa Lawara terkait perpindahan tempat tinggal ini antara lain penanganan material longsor yang menutup jalur sungai dan tenaga pendidik (guru) untuk Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama yang belum rutin datang.
selain itu, terdapat seorang warga bernama Wartina(30) yang berasal dari dusun satu/Kalantaro yang membutuhkan trauma healing pasca ditinggal meninggal oleh suaminya karena gempa. (Budi/RZR)