KLIK, JAKARTA – Satu tahun sudah bencana gempa, tsunami dan likuifaksi di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah, berlalu. Untuk mengenang peristiwa 28 September 2018 itu, ribuan orang tua, muda, anak-anak, remaja memadati ruas Jalan Rajamoili di pesisir Teluk Palu di Kelurahan Besusu dan Talise, berdoa bersama, Jumat (27/09/2019).
Kawasan bekas tsunami Patung Kuda, Pantai Talise, Palu, pun menjadi lokasi yang tiap saat ramai dikunjungi mereka yang berniat ziarah. Mereka khusuk berdoa untuk para korban hilang dan meninggal agar diampuni. Juga memanjatkan doa kepada Allah SWT agar Sulteng terhindar dari bencana yang serupa.
Pada saat yang sama, mereka juga berdoa agar para korban yang masih hidup bisa menata masa depan lebih baik lagi. Kepada para korban, dukungan secara nyata pun diberikan Pemerintah. Berbagai upaya terus dilakukan, dalam masa pemulihan kerusakan pascabencana gempa bumi yang disertai tsunami dan likuifaksi yang terjadi di sejumlah wilayah di Sulawesi Tengah.
Sebagai pengganti Hunian Sementara (Huntara) yang telah dibangun, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan membangun Hunian Tetap (Huntap) sebanyak 11.788 Unit.
Kepala Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Kementerian PUPR di Sulawesi Tengah Arie Setiadi Moerwanto mengatakan, sesuai instruksi dari Wakil Presiden RI Jusuf Kalla saat melakukan kunjungan kerja ke Kota Palu beberapa waktu lalu, pembangunan Huntap harus selesai pada akhir 2020.
“Sesuai instruksi segera diselesai tahun 2020. Nantinya Hak Guna Bangunan (HGB) yang habis kontraknya seperti di wilayah Huntara Tondo tidak akan diperpanjang, dan akan diambil alih negara untuk menjadi pembangunan Huntap,” kata Arie.
Menurutnya, kebutuhan lahan untuk membangun huntap tersebut adalah seluas 427,4 hektar dan pembangunanya tersebar dibeberapa tempat yakni di Duyu sebanyak 450 unit, di Tondo – Talise 4.878 unit, di Pombawe sebanyak 3.000 unit, serta Huntap Satelit sebanyak 3.460 unit. Pembangunan hunian tetap ini melibatkan beberapa pihak, termasuk Yayasan Buddha Tzu Chi yang berencana membangun sebanyak kurang lebih 200 unit rumah di daerah Tondo dan Pombewe.
“Pada tahap awal akan dilakukan sebanyak 1.600 unit menggunakan teknologi rumah tahan gempa yakni Risha tipe 36 dengan biaya pembangunan Rp 50 juta per unit,” ujarnya.
“Huntap bukan merupakan ganti rugi, namun bantuan dari Pemerintah. Konsepnya adalah rumah tumbuh. Kami juga tengah membahas usulan warga yang membutuhkan luasan rumah lebih besar karena jumlah anggota keluarganya banyak, sehingga diharapkan bisa dikerjakan dari awal pembangunan huntap,” tambah Arie.
Huntap Satelit tersebut dibangun di Desa Loru Kabupaten Sigi sebanyak 100 unit, Desa Sibalaya Utara Kabupaten Sigi 40 unit, Desa Lambara Kabupaten Sigi 100 unit, Desa Bangga Kabupaten Sigi 400 unit, Desa Salua Kabupaten Sigi sebanyak 200 unit, Kelurahan Ganti Kabupaten Nelayan sebanyak 125 unit, dan Desa Lompio Kabupaten Donggala sebanyak 230 unit. Pembangunan Huntap juga dilengkapi jalan lingkungan selebar 3 meter, menggunakan Beton serta utilasi lainnya seperti drainase, gorong-gorong, dan pedestrian.
Selain hunian untuk masyarakat, Kementerian PUPR juga merehabilitasi beberapa fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit Undata (Kota Palu), Rumah Sakit Anutapura (Kota Palu), Rehabilitasi Rumah Sakit Tora Belo (Kabupaten Sigi), Puskesmas Tipo (Kota Palu), dan Instalasi Farmasi Provinsi Sulteng (Kota Palu).
Kemudian juga merekonstruksi sekolah dan madrasah seperti di Kabupaten Donggala sebanyak 22 sekolah dan 14 madrasah, Kota Palu sebanyak 7 sekolah dan 2 madrasah, Kabupaten Sigi sebanyak 11 sekolah dan 19 madrasah, serta di Kabupaten Parimo sebanyak 2 sekolah dan 6 madrasah. (pupr)