KlikJakarta – Pengendalian terjadinya kebakaran hutan dan lahan di sejumlah tempat di Indonesia terus dilakukan secara masif dan simultan. Namun yang paling dipandang penting adalah upaya pengendalian yang mampu mengubah sikap dan perilaku manusia.
Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi sejumlah wilayah di Indonesia 99 persen diyakini terjadi karena intervensi manusia. Demikian ditandaskan Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Raffles B Pandjaitan, saat menjadi salah satu pembicara dalam diskusi media Forum Merdeka Barat (FMB) 9, yang digelar di Ruang Media Centre, Lobi Utama Blok I, Gedung Manggala Wanabakti, Kementerian LHK, Jakarta, pada Selasa (24/9/2019).
“Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia 99% adalah karena intervensi manusia. Untuk itu pengendalian kebakaran hutan dan lahan harus memberi perhatian pada persoalan itu, agar kemudian dapat mengubah sikap dan perilaku manusia,” tuturnya.
Raffles membeberkan itu sebagai satu dari hal yang harus digarisbawahi seiring dengan intensifikasi langkah pengendalian karhutla belakangan ini. Fakta lain adalah, saat ini ada lima provinsi yang menyatakan siaga darurat, yakni Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar, dan Kalsel.
“Sedangkan satu provinsi lainnya, yakni Kalteng telah meningkatkan status siaga darurat menjadi tanggap darurat,” tuturnya.
Berikutnya, Raffles menegaskan bahwa pemerintah (pusat, daerah) dan semua stakeholder bersinergi dalam mengatasi bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan, mulai dari upaya pencegahan, pemadaman darat dan udara serta penegakan hukum.
“Selain itu perlu juga terus dilakukan upaya pencegahan permanen. Dan juga dioptimalkan dan diutamakan. Terutama, pencegahan di tingkat tapak,” bebernya.
Dan satu hal yang juga harus menjadi kesadaran bersama adalah, menurut Raffles, bahwa kebakaran hutan dan lahan adalah masalah bersama. Sehingga, dia menandaskan, semua pihak harus berkontribusi aktif sesuai dengan peran masing-masing dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan. (nur)