Klik Jakarta – Hasil Rapid Health Assessment (RHA) bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada bencana tsunami di Banten menunjukkan sejumlah penyakit potensial KLB. Kemenkes melalui Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat melakukan edukasi kesehatan kepada korban tsunami.
Hal itu dilakukan agar para korban bisa mencegah dan menghindari penyakit yang bersumber dari lingkungan, seperti diare. Penyakit potensial KLB itu 3 di antaranya Diare, penyakit serupa influenza (ILI), dan suspek demam tifoid.
Saat ini tim promosi kesehatan tengah mempersiapkan segalanya mulai dari tim dan logistik yang akan dibawa. Tim promosi kesehatan akan bergerak di titik-titik pengungsian, dimulai dari pengungsian terbesar di Kecamatan Angsana, Pandeglang. Rencananya edukasi kesehatan akan dilakukan di 11 titik pengungsian, yakni Cimanggu, Cigadung, Sumur, Caringin, Jiput, Cigeulis, Munjul, Carita (Desa Gombong), Labuan, Cigorondong, termasuk Angsana.
Edukasi kesehatan ditujukan kepada para korban tsunami, khusunya ibu hamil, ibu menyusui, anak-anak, orang dewasa, dan Lansia. Nantinya mereka akan diberikan pemahaman tidak hanya tentang Diare, ILI, dan suspek demam tifoid, tapi pemahaman mendasar tentang bagaimana berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek mengatakan kesadaran akan perilku hidup sehat terutama pada situasi pasca tsunami harus tetap dilakukan.
”Kapan pun dan dimanapun dalam situasi apapun, PHBS harus tetap disadari dan dilakukan. Tsunami memang mengubah kondisi lingkungan, misalnya sanitasi menjadi rusak, tapi PHBS harus tetap diusahakan,” kata Nila, Kamis (27/12) di Jakarta.
Pada pelaksanaannya, edukasi kesehatan akan dilakukan dengan berkoordinasi bersama petugas kesehatan setempat, relawan, dan pihak lain yang fokus pada upaya pencegahan masalah kesehatan pasca tsunami.