Klik Jakrta – Mitra Kementrian Perhubungan yaitu Komisi V DPR RI sangat prihatin dengan peristiwa jatuhnya pesawat terbang Lion Air JT 610 di perairan Karawang, Jawa Barat. Meski demikian, Komisi V DPR RI akan tetap komit untuk memanggil pihak-pihak terkait atas terjadinya peristiwa ini. Wakil Ketua Komisi V DPR RI yaitu Anton Sukartono Suratto dengan tegas meyampaikan bahwa Komisi V DPR RI akan memanggil pihak Lion Air untuk mengetahui lebih jelas mengenai fakta-fakta yang menyebabkan musibah tersebut sampai terjadi. “Yang pertama saya Anton Sukartono Suratto bersama keluarga besar Partai Demokrat Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat merasakan kesedihan keluarga korban dan mengucapkan belasungkawa terhadap keluarga korban semoga diberikan keteguhan, lalu yang kedua kami ingin memastikan apakah prosedur keselamatan penerbangan telah dilakukan dengan benar oleh Lion Air” ujar Anton saat ditemui oleh awak media pada selasa (30/10/18).
Anton juga membeberkan data temuan komisi V setelah rapat selesai digelar selasa kemarin. Setelah mengudara selama 13 menit, Senin (29/10) pukul 6.33 WIB, Pesawat JT 610 dipastikan jatuh di area perairan kerawang, Pesawat take-off hingga pada ketinggian 10.000 – 14.000 kaki dalam kondisi cuaca yang baik, tidak ada awan cumulonimbus (CB) atau kita kenal sebagai awan badai, kecepatan angin hanya 5 knots berarah barat daya. “Prof. Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, menginformasikan bahwa tidak ada pengaruh cuaca yang significant ketika terjadinya kejadian” ujar Anton. Ada dua hal yang bisa disoroti dari peristiwa ini. Pertama, hal yg bersifat urgent, yakni pelaksanaan evakuasi. Kedua, evaluasi atas jaminan keselamatan penerbangan yang semestinya dipenuhi agar tidak terjadi lagi kecelakaan pesawat terbang di tanah air. “Saya sangat berharap ini adalah kecelakaan pesawat terakhir di Indonesia dan tidak akan ada lagi kejadian serupa dimasa depan” ujar Anton dengan tegas.
Anton juga menuturkan beberapa hal yang pertama adalah terkait dengan pelaksanaan evakuasi pesawat dan korban.Perairan tempat jatuhnya pesawat merupakan perairan dangkal berbentuk paparan laut (shelf), tepatnya berada pada koordinat S 5’40.052″ dan E 107’06.628″.Lokasi jatuhnya pesawat berdekatan dengan fasilitas migas di Laut Jawa, yakni platform sumur MXD (Mike Xray Delta) & MXB (Mike Xray Bravo). Atas dasar informasi tersebut maka terdapat kemungkinan bahwa kondisi dasar laut didominasi oleh sedimen berukuran clay (lumpur) yang dibawa oleh aliran sungai Citarum sehingga kemungkinan besar dasar laut didominasi oleh lumpur.Keterdapatan lumpur tentunya akan menjadi kendala dalam proses evakuasi, terutama identifikasi secara visual, air akan mudah keruh. “ada beberapa cara untuk mencari badan pesawat yang pertama adalah multi-beam echosounder yang dapat mendeteksi tonjolan yang bisa diduga sebagai badan pesawat dan yang kedua bisa memakai metode magnetometer guna mendeteksi benda – benda logam, seperti bangkai pesawat dan kotak hitam” ujar Anton.
Evakuasi korban menjadi prioritas utama. Kini pencarian masih terus dilakukan. Beberapa serpihan pesawat dan pelampung ditemukan di permukaan laut, badan pesawat berada pada kedalaman 30 – 35 meter. Hingga saat ini belum ada korban yang ditemukan. Dengan kedalaman tersebut, sebenarnya masih memungkinan para penyelam profesional melakukan penyelaman meski dengan keterbatasan waktu, hanya beberapa menit saja. Kita berharap dengan mengutamakan keselamatan tim Basarnas dan SAR, dengan memperhatikan kondisi cuaca saat melakukan evakuasi, semoga 189 orang yang menjadi korban dapat dievakuasi segera.
Daftar cacat Lion Air dalam penerbangan makin bertambah. Hampir setiap tahun mengalami insiden, mulai dari gagal lepas landas, tergelincir, hingga pecah ban, ditambah lagi pada tahun 2015 Lion pernah diberi sanksi oleh Kementerian Perhubungan karena keterlambatan penerbangan yang mengakibatkan terlantarnya penumpang. Oleh karena itu perlunya KNKT menyelidiki sistem maintenance pesawat Lion Air, agar sesuai dengan Air Safety Regulation nya yang mana nantinya hasil penyelidikan tersebut dapat dijadikan bahan referensi untuk perbaikan dunia penerbangan khususnya Lion Air. Apalagi maskapai tersebut merupakan produk lokal yang juga sebagai pelopor penerbangan murah di Indonesia. Tentu dengan mengutamakan keselamatan penerbanagan. “Menurut saya begini, jangan karena ciri khas Lion Air sebagai penerbangan murah lalu keselamatan penumpang dinomor duakan, ini urusannya jiwa yang tidak bisa diganti dengan apapun” ujar Anton dengan tegas.
Selain itu Anton juga menyayangkan sekali baru-baru ini tersebar video dan foto Hoax yang dihubungkan dengan insiden Lion Air JT 610. Perlu diberikan himbauan agar dunia media, media sosial, dan seluruh masyarakat untuk bekerja sama dan berempati terhadap musibah ini, bukan dengan cara menyebarkan sesuatu yang membuat sedih keluarga korban apalagi beritanya adalah berita Hoax yang tidak berhubungan langsung dengan musibah Lion Air JT610. Hindari Spekulasi dan Hoax, apalagi sampai dikaitkan musibah dengan Kontestasi Politik Nasional. “Oleh karena itu, pemerintah dan Komisi V DPR akan kembali melakukan kajian mendalam terhadap prosedur keselamatan penerbangan. Data atas temuan kecelekanaan JT610 akan menjadi referensi bagi penyempurnaan regulasi dan SOP keselamatan penerbangan” ujar Anton menutup pembicaraan. (Fitri/Les)