Klik Jakarta – Beredarnya informasi terkait harga jagung yang mencapai Rp 6.200/kilo membuat resah sebagian peternak kecil di sejumlah daerah. Namun, kabar itu dipastikan hoax atau kabar bohong yang diproduksi sekelompok orang. Faktanya, harga jagung selama seminggu terakhir di beberapa lokasi panen rata-rata turun Rp 700 dari harga awal yang mencapai Rp 4.000.
“Jangan hanya menghasut, menyebarkan hoax tapi tidak bisa menunjukkan dimana lokasinya. Kapan, dimana dan siapa yang membeli dengan harga tersebut,” kata Direktur Serealia Kementerian Pertanian Bambang, Selasa (19/2/2019).
Sebaliknya, kata Bambang, harga saat ini diperkirakan akan terus turun sejalan dengan meluasnya panen raya di sentra jagung nasional. Bahkan dari kunjungan ke beberapa daerah, harga diatas bisa mencapai Rp 2.000 per kilogram. Oleh Karena itu, ia berharap para peternak tetap tenang dan tidak panik dengan kabar bohong tersebut.
“Ada yang bilang panen raya baru berpangsung pada bulan April. Ada berita juga peternak bilang jagung sangat mahal, harganya melambung. Dampaknya mereka minta impor jagung tidak dibatasi volumenya dan hanya dibatasi waktu pemasukannya,” katanya.
Bambang menegaskan saat ini Indonesia sudah memasuki panen raya jagung. Inilah saatnya menyerap dan menyimpan jagung ketika harga jatuh.
Lebih dari itu, data yang dilaporkan petugas informasi pasar tercatat selama seminggu ini penurunan bahkan mencapai Rp 1.000/kg yang terjadi di beberapa kabupaten seperti Karo, Langkat, Humbang Hasundutan, Pakpak Barat, Padang Pariaman, Lima Puluh Kota, Dharmas Raya, OKU, OKI, OKU Timur, Lampung dan Pesisir Barat.
Penurunan serupa juga terjadi di Tasikmalaya, Kuningan, Majalengka, Purbalingga, Klaten, Wonogiri Sragen, Grobogan, Blora, Rembang, Pati, Jepara Demak, Batang, Brebes, Solo, Malang, Madiun , Sumenep, Tanah Laut, Kotawaringin, Bolmong, Minsel, Bulukumba, Janeponto, Pangkep, Barru, Bau-Bau, Gorontalo Utara dan Gorontalo.
“Penurunan harga ini akan berlangsung terus dan minggu depan harga bisa menjadi semakin anjlok di beberapa Kabupaten lain. Disinilah bagaimana tanggung jawab para komprador yang selalu meminta impor jagung dan tidak percaya kalau sudah panen raya dipertanyakan?,” katanya.
Bambang berharap, semua pihak menggunakan informasi secara baik dan tidak menyebar hoax. Apalagi soal informasi adanya 3 kapal membawa jagung impor akan masuk ke pulau Jawa. “Kalau seperti ini dan harga anjlok lagi, mereka harus tanggung jawab ke petani,” katanya.
Menurut Bambang, sejauh ini Kementan terus proaktif memitigasi anjloknya harga jagung dengan menggandeng pengusaha pakan ternak untuk memberikan komitmennya menyerap jagung petani lokal dengan harga yang pantas. Beberapa kabupaten telah melaksanakan kerjasama ini seperti di Pandeglang dan Gunungkidul.
“Kami berharap penyerapan ini diikuti oleh kabupaten lainnya agar petani jagung kita mendapat kepastian harga. Disisi lain, kami selaku pemerintah juga sudah memberi bantuan dryer untuk meningkatkan mutu jagung, waktu simpan dan harga jualnya. Bantuan alat pemipil jagung, alat panen dalam rangka meningkatkan effisiensi produksi dan menekan biaya produksi jagung,” katanya.