Klik Travel – Edelweiss Jawa (Javanese Edelweiss) atau nama ilmiahnya dikenal dengan Anaphalis Javanica, sering disebut juga Bunga Senduro, adalah tumbuhan endemik zona alpina di berbagai pegunungan tinggi Nusantara Indonesa. Biasanya Edelweiss Jawa tumbuh tidak lebih dari 1 meter, namun tumbuhan ini juga bisa tumbuh mencapai ketinggian 8 meter dengan batang sebesar kaki manusia.
Tumbuhan yang sering disebut sebagai bunga abadi ini mampu hidup di atas tanah yang tandus dan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di pegunungan. Bunga-bunga edelweiss tumbuh saat musim hujan berakhir saat sinar matahari sedang insentif, di antara bulan April hingga September. Jika sudah mekar biasanya bunga ini banyak didatangi oleh sekitar 300-an lebih jenis serangga, yaitu kupu-kupu, lalat, kutu, lebah, tabuhan, dan lain-lain. Bunga Edelweiss jawa biasanya tumbuh di tempat dengan ketinggian kira-kira 2.000 meter di atas permukaan laut (mdpl) ke atas, tergantung suhu udara dan kelembapan.
Bunga Edelweiss terbilang langka, karena jarang ditemukan ada bunga yang dapat tumbuh di daerah pegunungan. Di Indonesia, khususnya di pegunungannya ada jenis bunga Edelweiss lain yang bisa kita temukan selain Anaphalis Javanica, yaitu jenis Leontopodium Alpinum yang hanya bisa ditemukan di sepanjang pegunungan Alpen di Eropa dan Gunung Semeru Indonesia.
Bunga Edelweiss Jawa pertama kali ditemukan di lereng Gunung Gede, Jawa Barat, Indonesia, oleh ilmuwan asal Jerman bernama Caspar Georg Carl Reinwardt, dan diteliti lebih lanjut oleh Carl Heinrich Schultz di tahun 1819. Nama Edelweiss berasa dari bahasa Jerman, ‘Edel’ yang artinya mulia dan ‘Weiss’ artinya putih.
Indonesia memiliki sejumlah tempat pegunungan yang memiliki pemandangan hamparan Edelweiss yang luas, yaitu di Gunung Lawu, Gunung Semeru, Gunung Rinjani, Gunung Pangrango, Gunung Gede, dan Gunung Papandayan.
Sering dijuluki sebagai bunga abadi, ternyata bunga ini mengandung hormon etilen yang dapat mencegah kerontokan kelopak bunga, dengan hormone tersebut Edelweiss dapat mekar dan bertahan hingga 10 tahun lamanya, bahkan lebih.
Karena disebut sebagai bunga abadi, Edelweiss sering dipetik sebagai kenang-kenangan dan dibawa turun oleh para pendaki. Jika dipetik dalam jumlah yang banyak dikhawatirkan dapat mengancam populasi bunga Edelweiss Jawa yang dilindungi oleh Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati Ekosistem pasal 33 ayat 1. Jadi jelas kita tidak boleh mencabut bunga ini tanpa izin yang jelas.
Saat ini Edelweiss terancam punah di Indonesia karena tangan-tangan nakal yang tidak bertanggung jawab memetik sembarangan. Sehingga sejumlah pengelola Taman Nasional pegunungan yang ada di Indonesia, dan juga masyarakat sekitar melakukan budidaya demi melestarikan Edelweiss. Tidak jarang hasil dari budidaya ini juga diperjualbelikan oleh masyarakat setempat, hal ini juga sebagai upaya agar para pendaki gunung tidak memetik sembarangan di atas gunung.
Di Tengger, bunga Edelweiss juga sering dijadikan media bagi masyarakat untuk melakukan ritual-ritual adat khas Tengger. Maka dari itu kesadaran untuk melestarikan Edelweiss mulai tumbuh dan berkembang pada masyarakat Tengger di Gunung Bromo, mereka bersama-sama melakukan pembibitan dan penanaman bunga Edelweiss di rumahnya masing-masing dengan modal dana swadaya.
Tidak hanya terkenal dengan keindahan dan keabadiannya, ternyata Edelweiss Jawa juga memiliki berbagai khasiat untuk dijadikan obat karena kandungan antioksidannya tinggi. Ekstrak bunga Edelweiss dapat sebagai penyembuh berbagai penyakit, seperti difteri, TBC, batuk, bahkan kanker payudara. Anti-mikroba di dalamnya juga berfungsi sebagai pembasmi bakteri, serta jamur, dan juga memiliki anti radang atau anti-inflamasi.
Sebelum semakin langka, ada baiknya kita menjaga Edelweiss dan tumbuhan spesial lainnya. Jangan sampai tumbuhan yang dibilang langka ini malah benar-benar punah di Indonesia. Biarkan bunga Edelweiss tumbuh menghampar luas dan tertiup angin, kasih kesempatan orang lain untuk menikmati keindahan dan kecantikan abadinya. (Ald/Les/Net)